Kamis, 27 Desember 2012


Pendidikan Seks di Mata Pelajaran Sekolah
Melihat perkembangan jaman yang terjadi saat ini yaitu melalui perkembangan teknologi terutama internet. Hal itu akan membuat beberapa murid dengan mudahnya mengakses internet melalui mobile phone, laptop ataupun alat-alat elektronik lainnya yang dapat digunakan untuk mengakses internet. Apabila internet digunakan secara positif misalnya untuk membantu pendidikan mereka, hal itu sangatlah bagus. Namun, jika internet digunakan secara negatif hal yang terjadi adalah murid dengan mudahnya mengakses situs-situs pornografi lainnya. Hal yang ditakutkan adalah karena ketidaktahuan dan rasa penasaran mereka mengenai hal tersebut, mereka mencoba atau mempraktekkannya dengan pasangan mereka setelah mereka melihat video-video porno di internet. Oleh karena itu, sekolah-sekolah mulai memberikan pendidikan seks untuk murid-muridnya. Hal itu memang baik untuk masa depan murid agar murid tidak main-main dengan seks yang dapat menghancurkan masa depan mereka. Menurut pendapat saya, ada baiknya apabila pendidikan seks tidak dijadikan sebagai mata pelajaran di sekolah karena kurang begitu baik untuk kondisi psikologi anak. Pengalaman saya saat SMP, sekolah saya mengadakan seminar selama 1 hari mengenai pendidikan seks dan HIV/AIDS. Saya dan teman-teman diberikan berbagai macam gambar mengenai penyakit menular seks, orang-orang yang terkena HIV/AIDS dan sebagainya. Hal itu membuat saya dan teman-teman mual dan merasa jijik. Beberapa teman ada yang tidak memiliki nafsu makan setelah diperlihatkan gambar-gambar seperti itu dan hal itu menjadi trauma bagi kami. Oleh karena itu, dalam 1 hari seminar saja murid merasa mual apalagi setiap minggunya diberikan pendidikan seks di sekolah. Pendidikan seks tidak harus dijadikan mata pelajaran di sekolah tetapi bisa diajarkan oleh guru saat pelajaran Biologi mengenai pembahasan organ tubuh manusia. Melalui mata pelajaran Biologi, murid mempelajari secara teori dan fungsi-fungsinya. Selain itu, pendidikan seks dapat diajarkan melalui mata pelajaran Agama dan Bimbingan Konseling. Melalui kedua mata pelajaran inilah, guru mengajarkan para muridnya untuk tidak melakukan hubungan seks di luar nikah karena hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama manapun. Guru juga memberikan nasehat-nasehat kepada murid-muridnya melalui pelajaran Bimbingan Konseling yang diadakan setiap minggu selama 1 jam pelajaran. Guru hanya mengajarkan secara lisan saja atau lebih sekedar ‘curhat’ antara guru dan murid. Selain itu, guru juga harus melibatkan murid untuk aktif dalam tanya jawab dan diskusi mengenai seks bebas yang terjadi di masyarakat. Murid-murid pun pastinya menerima pendidikan seks di sekolah dengan nyaman tanpa ada rasa mual maupun jijik tentang seks. Murid-murid juga diajarkan untuk mengkritisi permasalahan-permasalahan seks bebas yang terjadi di masyarakat sekitarnya. Lebih dari pada itu, guru harus mengajarkan bahwa seks itu penting dan boleh dilakukan setelah adanya proses pernikahan yang sah secara agama dan masyarakat. Apabila murid-murid merasa jijik tentang seks, hal tersebut bisa menjadi hal yang berbahaya karena murid merasa menjadi dewasa itu tidaklah enak seperti yang mereka bayangkan. Mereka menjadi takut dengan dunia di lingkungan luar sekolah mereka nantinya. Lebih parahnya lagi, mereka bisa saja mencoba hubungan seks yang lain yaitu bukan dengan lain jenis tetapi sesama jenis. Menyikapi hal-hal seperti itu, guru seharusnya juga mengajarkan bahwa hubungan seks hanya bisa dilakukan oleh pria dan wanita.

Beasiswa Data Print

Bagi pelajar dan mahasiswa, daftarkan diri kamu segera di program beasiswa DataPrint. Sebanyak 700 orang yang terpilih akan mendapatkan beasiswa dengan hadiah total ratusan jutaan rupiah!

INFO: www.beasiswadataprint.com sebelum tanggal 31 Desember 2012 untuk periode ini.

Dapatkan:
@Rp 1000.000,- untuk 50 orang

@Rp   500.000,- untuk 50 orang

@Rp   250.000,- untuk 250 orang